Minggu, 07 November 2010

ANAK KA- KR DI TENGAH- TENGAH PENGARUH GLOBALISASI

ANAK KA- KR DI TENGAH- TENGAH PENGARUH GLOBALISASI
(Sebagai rerungan bagi seluruh pelayan KAKR)
(Josep Apriadi Sembiring)

            Kita semua tahu bahwa anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada kita (tidak hanya kepada orangtuanya tetapi bagi gereja pula). Dalam Kesimpulan dan Keputusan Musyawarah Pelayan (MUPEL) KAKR GBKP VII tahun 2006 di Sukamakmur juga memutuskan bahwa anak KAKR adalah masa depan gereja oleh sebab itu diperlukan pembinaan intensif yang akan membekali mereka di tengah- tengah pengaruh globalisasi.
            Tidak dapat kita pungkiri bahwa anak- anak sekarang jauh lebih cepat menangkap perkembangan yanbg ada di sekitarnya. Misalnya kejadian yang ada di sekitar tempat tinggalnya (pergaulan bebas, dll) hingga perkembangan teknologi (anak sekolah dasar sudah dapat membawa sepeda motor, menggunakan internet dengan baik, memiliki HP yang canggih). Kalau kita dapat mengarahkann semua ini ke arah yang lebih baik, maka anak- anak kita akan menjadi anak- anak yang berpotensi dasar untuk masa depan gereja (aset gereja).
            Membawa ke arah yang lebih baik tentu tidaklah mudah karena kita hanya dapat berjumpa seminggu sekali dan lebih kurang hanya 2 sampai 3 jam bertatap muka ditambah 2 jam pertemuan untuk PA bagi yang melakukannya. Membawa ke arah yang lebih baik berarti kita harus merevolusi yang lama menjadi lebih baik lagi. Membawa ke arah yang lebih baik berarti kita harus memperbaiki hal yang paling prinsipil yaitu spiritualitasnya. Pertanyaannya adalah apa yang sudah kita lakukan untuk mengubah kerohanian anak KAKR kita ke arah yang lebih baik?
  1. Mengajak mereka ke gereja (hanya yang mau dan yang tidak mau kita belum punya cara untuk dapat mengajaknya, bahkan orangtua tidak benar- benar menyuruh  anaknya untuk datang ke gereja).
  2. Mengadakan PA di Runggun masing- masing, tetapi apakah PA ini benar-  benar yang sesuai kita harapkan atau hanya sekedar rutinitas (kebiasaan).
  3. Dan beberapa kegiatan seperti PA Padang, Pekan Doa, dll.
  4. Kegiatan Sinodal seperti PIARA, Karya Kasih, Natal, Paskah, dll.

Pembinaan spiritual yang dilakukan oleh orangtua, yaitu:
  1. Mengajak anak ke gereja!
  2. Menyuruh tanpa memberikan sesuatu tekanan kepada anak untuk mengikuti PA yang dilaksanakan oleh gereja.
  3. Mengursuskan anaknya mulai dari hari Senin sampai Sabtu bahkan hari Minggu juga masih mengadakan Try Out!
  4. Menyekolahkan anaknya di sekolah yang terbaik!

Apakah itu semua sudah cukup? Apakah itu sudah bisa memberikan bekal bagi anak- anak kita untuk menghadapi jaman yang”gila” ini? Apakah ini sudah bisa meningkatkan spiritualitas anak KAKR kita? Dan masih banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebagai pelayan KAKR. Ataukah kita berpikir ini hanya tugas orangtua si anak dan ini bukan tugas dan tanggung jawab kita juga?
            Menurut hemat saya, ini tidak hanya urusan orangtua, tetapi juga ini adalah urusan semua orang yang telah dipanggil dan dipilih Tuhan. Kita semua adalah pilihan Tuhan dan harus mengatakan ”Ini aku , utuslah aku!”. untuk mengatasi dampak globalisasi bagi anak KAKR kita, pelayan/ guru KAKR tidak boleh lengah dan merasa puas dengan apa yang telah dicapai selama ini. Oleh karena itu, ada beberapa usulan yang dapat menjadi pertimbangan atau bahkan hanya sebatas wacana kita saja, yaitu:
  1. Program kita tidak boleh biasa- biasa saja tetapi harus luar biasa! Program ini harus membuat anak KAKR kita rindu untuk datang dan beribadah ke gereja. Misalnya ada tawaran hadiah atau permainan yang kreatif (menggunakan alat peraga).
  2. Mengikut sertakan anak KAKR dalam kegiatan peribadahan, misalnya siapa penerima tamu hari Minggu ini, siapa yang membawa kantong persembahan, yang membersihkan gereja, dll, dan menabung untuk diserahkan kepada anak yatim sebagai aksi mereka dalam mengasihi sesamanya.
  3. Menuntut agar tidak hanya guru KAKR saja yang setiap Minggunya membawa ibadah anak KAKR, tetapi ada roster rutin bagi Pertua/ Diaken dan Pendeta Runggun setempat. Kebaktian KAKR sama dengan kebaktian umum yang selalu dilakukan orang dewasa, oleh karena itu anak sekolah minggu juga berhak mendapat pengajaran dari Pertua/ Diaken dan Pendetanya. Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan Pendeta sibuk, Pertua bertugas di gereja umum, dll.
  4. Adanya kerja sama orang tua dan guru KAKR dalam membina spiritualitas anak. Guru atau orang tua dapat bertukar pikiran, misal orang tua bertanya tentang keseharian anak sekolah minggunya di rumah.
  5. Orang tua dan guru mengajari anak KAKR untuk membaca Alkitab dan berdoa yang rutin di rumahnya masing- masing. Firman Tuhan adalah kekuatan kita, jadi kita harus selalu mengisi diri kita dengan Firman Tuhan (orang tua dan guru dapat menjadi panutan si anak).
  6. Membuat ibadah (tidak hanya kebaktian Minggu dan PA, tetapi ada ibadah tambahan).

Semua ini akan terwujud jika kita memahami panggilan kita sebagai guru/ pelayan KAKR. Untuk memahami semua ini, kami akan menguraikan sedikit tentang panggilan kita sebagai guru/ pelayan KAKr, yaitu:
            Panggilan adalah komunikasi yang terpintal antara manusia dengan Tuhan dalam pengalaman hidup untuk melanjutkan karya penciptaan dalam sehari- hari dimana seseorang itu hidup dan berada. Maka, apapun profesi kita dan pendidikannya harus senantiasa menjawab panggilannya.
Guru sekolah minggu adalah:
-         Seorang hamba atau budak: orang yang hidupnya dikuasai oleh majikannya. Ciri- ciri hamba adalah taat, menyangkal diri, merendahkan diri.
-         Sebagai pelayan (Diakonos), budak yang khususnya melayani tuannya di meja makan. Cirinya; memberi/ memenuhi kebutuhan, siap sedia seetiap waktu.
-         Gembala yang bertugas untuk membimbing dan mengarahkan domba- domba ke padang rumput hijau dan ke air yang tenang. Cirinya: membina relasi (Yoh. 10: 3- 4), menjadi teladan (Yoh. 10: 4), sedia berkorban (Yoh. 10: 11), memulihkan, menciptakan suasana yang kondusif.
-         Penanaman dan penyiraman. Cirinya: menggantungkan keberhasilan pada Tuhan.
-         Tukang bangunan (membangun di atas dasar Kristus), cirinya memperhatikan kualitas  bangunan yang dibangun.
-         Kawan sekerja Allah, cirinya mengikuti rencana Allah dan bukan rencananya sendiri.

Oleh karena itu, guru KAKR juga mempunyai keterlibatan perasaan terhadap anak KAKR- nya, yaitu:
a. Motivasi yang benar: bersyukur, rasa berhutang, kemauan untuk bertumbuh,
b. Tanggung jawab: memikul beban, mencari solusi penyelesaian.,
c. Setia: tidak berubah, dapat dipercaya.

Di akhir kami mengatakan:
Bila englkau tidak bisa menjadi pohon cemara di bukit, jadilah belukar yang indah di tepi parit. Bila engkau tidak bisa menjadi belukar, jadilah rumput yang membuat jalan- jalan semak. Bila engkau tidak bisa menjadi gurami, jadilah teri yang indah di tambak. Bila engkau tidak bisa menjadi komandan, jadilah prajurit yang tangguh.
Bukan kesabaran yang menentukan menang atau kalah, yang penting ja dilah wajar, apa maumu dan jadi lah dewasa
(Douglas Malloch)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar